BAB
II
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Pembelajaran Induktif
1. Pengertian
Metode Pembelajaran Induktif.
Metode berarti cara
teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai
deng yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang ditentuk.Secara umum istilah metode digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatannya agar tujuan
yang telah disusun tercapai optimal. Menurut J.R David yang dikutip kembali oleh Abdul Majid metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian
sistem pembelajaran memang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran
tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran karena suatu strategi
pembelajarannya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.
Pembelajaran sendiri adalah upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan
belajar. Atas dasar pemikiran tersebut, maka yang dimaksud dengan “metode
belajar mengajar” adalah kerangka konseptual dan prosedur yang
sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan
para pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Dengan kata lain metode pembelajaran
adalah cara yang dilakukan pendidik untuk membimbing peserta didik dalam proses
pelajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan model pembelajaran
adalah untuk meningkatkan kemampuan peserta didik selama belajar. Induktif menurut KBBI yaitu pemikiran yang bertolak dari kaidah (hal-hal atau peristiwa) khusus untuk
menentukan hukum (kaidah) yang umum.[4]
Pembelajaran indutif sendiri berarti penalaran yang bermulai dari khasus (pengamatan, ukuran,
data) ke umum (aturan, hokum, teori-teori).
Menurut Muhaimin metode pembelajaran induktif yaitu pembelajaran nilai yang dimulai dari kasus-kasus
dalam kehidupan sehari-hari, kemudian ditarik makananya secara hakiki tentang
nilai-nilai kebenaran yang berada dalam masyarakat. Sedangkan menurut Martinis Yamin metode pembelajaran induktif sendiri dimulai dengan pemberian
berbagai kasus, fakta, contoh atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip.
Kemudian siswa dibimbing untuk berusaha keras mensintesiskan atau menyimpulkan prinsip
dasar dari pelajaran tersebut. Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa
metode pembelajaran Induktif merupakan strategi mengajar yang dikembangkangkan
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengelola informasi dengan menarik kesimpulan dari hal-hal yang khusus
untuk menuju kesimpulan yang bersifat umum.
2. Tahap-tahap Pembelajaran Metode
Induktif
Menurut
Eggen dan Kauchak yang dikutip kembali oleh Ridwan Abdullah Sani. Penyajian dalam
pembelajaran induktif terbagi atas lima tahap.
Sebenarnya dalam pelaksanaan pembelajaran induktif sangat bervariasi, namun
pada dasarnya menggunakan kelima fase dibawah ini yaitu:
a.
Fase pengenalan pelalajaran;
Fase pengenalan pelajaran dilakukan oleh guru dengan memberika
contoh, demostrasi atau hal lainnya yang perlu diobservasi oleh peserta didik untuk
melihat pola yang ada.
b.
Fase open-ended
(divergen);
Dilakukan dengan menfasilitasi peserta didik utuk mengkonstruksi
pemahaman fenomena yang disajikan. Guru mengajukan pertanyaan yang besifat terbuka
(divergen).
c.
Fase konvergen;
Ditandaidengan observasi, deskripsi, dan
perbandingan dari semua jawaban yang
dikembangkan pada fase divergen.
Guru perlu mengarahkan peseta didik untuk merumuskan konsep atau hubunganan tarkonsep
yang berkait dengan fenomena yang dipelajarai.
d.
Fase penutup;
Guru mengarahkan peserta didik mengarahkan untuk mengidentifikasi konsep atau menyatakan
prinsip, generalisasi, danhukum/aturan.
e.
Fase aplikasi.
Fase akhir yang umumnya dilakukan dengan menerapkan konsep
pada suatu permasalahan, baik dengan latihan dikelas atau melakukan tugas dirumah.
3.
Kelebihan dan
Kekurangan Metode Pembelajaran Induktif
Adapun kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran
induktif dibandingkan dengan
pendekatan lain adalah :
a. Kelebihan dari pembelajaran induktif antara lain :
1. Memberikan kesempatan pada siswa
untuk berusaha sendiri atau menemukan sendiri suatu konsep sehingga akan
diingat dengan lebih baik.
2. peserta
didik memahami
sifat atau rumus melalui serangkaian contoh. Kalau terjadi keraguan mengenai
pengertian dapat segera diatasi sejak masih awal.
3. Dapat meningkatkan semangat belajar
siswa.
b. Kelemahan dari induktif antara lain :
1. Memerlukan banyak waktu.
2. Kadang-kadang hanya sebagian siswa
yang terlibat secara aktif.
3. Sifat dan rumus yang diperoleh masih
memerlukan latihan atau aplikasi untuk memahaminya.
4. Secara matematik (formal) sifat atau
rumus yang diperoleh dengan pendekatan induktif masih belum menjamin berlaku
umum
B. Kemampuan Ranah Kognitif
1.
Pengertian
Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup
kegiatan mental (otak). Menurut Bloom yang dikutip kembali oleh Hamzah B,Uno
dalam bukunya yang berjudul “Perencanan Pembelajaran”, segala upaya yang
menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah
kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan
menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan
mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses
berfikir mulai dari jenjang terendah
sampai dengan jenjang yang paling tinggi.
Enam aspek atau jenjang
proses berfikir tersebut dapat digunakan untuk
mengetahui seberapa dalam atau tingkat kemampuan siswa dalam ranah
kognitif. Sehingga dapat mempermudah guru dalam menilai kognisi siswa. Dibawah
ini akan dijelaskan aspek penilaian pada ranah kognitif.
2.
Aspek Penilaian Ranah Kognitif
Aspek penilaian kognitif terdiri dari enam jenjang atau aspek yang
dimaksud adalah
a.
Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Pengetahuan adalah kemampuan
seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang
nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan
untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir
yang paling rendah. Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang
pengetahuan adalah siswa dapat menyebutkan tentang akhlak tercela dan terpuji
dengan baik dan benar
b.
Pemahaman (comprehension)
Pemahaman adalah kemampuan
seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui
dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan
dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang siswa dikatakan memahami
sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih
rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman
merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan
atau hafalan. Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang
pemahaman ini misalnya: siswa dapat menjelaskan dengan kata-katanya sendiri
tentang akhlak terpuji dan tercela secara baik dan benar.
c.
Penerapan (application)
Penerapan adalah kesanggupan
seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun
metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam
situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir
setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman. Siswa dapat memberikan contoh
akhlak terpuji dan tercela secara baik dan benar di kehidupan sehari-hari baik
dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
d.
Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan
seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut
bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara
bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.
Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
Contoh: siswa dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud
nyata dari akhlak terpuji dan tercela secara baik dan benar dirumah, disekolah,
dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian
dari ajaran Islam.
e.
Sintesis (syntesis)
Sintesis adalah kemampuan
berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis
merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara
logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau
bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi
daripada jenjang analisis. Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang
sintesis ini adalah: siswa dapat menulis karangan akhlak terpuji dan tercela
secara baik dan benar sebagiamana telah diajarkan oleh agama islam.
f.
Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Penilaian adalah merupakan
jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom.
Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat
pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang
dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang
terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada. Salah satu contoh
hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah siswa mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang
dapat dipetik oleh seseorang yang berlaku akhlak terpuji maupun tercela dan
dapat menunjukkan mudharat atau akibat-akibat negatif sehingga pada akhirnya sampai
pada kesimpulan penilaian.
Enam tingkat peneilaian
itu untuk mempermudah guru dalam memberi katagori siswa dan menilai seberapa
tingkat kemampuan ranah kognisi siswa. Mulai dari yang terendah sampai yang
tinggi.
3.
Rincian Ranah Kognitif
Rincian domain kognitif lebih
lengkap, yaitu meliputi lingkup hasil belajar dapat dilihat di tabel 2.1 dan
tahapan berfikir pada tabel 2.2. Adapun
lingkup hasil belajar dan tahapan kemampuan ranah kognitif menurut Adroson dan
Krathwohl yang dikutip kembali oleh tim pengembangan ilmu pendidikan FIP-UPI adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.2 :
Lingkup Hasil Belajar
Lingkup
Pengetahuan
|
Contoh
|
1.
Pengetahuan faktual:
1.1.
Istilah
1.2.
Rincian dan unsur
|
1.
Istilah ilmu, lambing bilangan, simbol, musik,
matematka, kimia
2.
Rincian tempat, waktu, peristiwa, sumber informasi,
dll.
|
2.
Pengetahuan konseptual
2.1. Klasifikasi dan katagori
2.2. Prinsip dan generalisasi
2.3. Teori, model, dan struktur
|
1.
Periode sejarah, geo;ogi, bentuk udara, dll.
2.
Dalil, hukum, prinsip, dll.
3.
Teori evolusi, model pemebelajaran, struktur
DPR/MPR, dll.
|
3.
Pengetahuan procedural
3.1. Ketrampilan dan alogaritme
3.2. Teknik dan metode khusus dalam
suatu ilmu.
3.3. Criteria penggunaan prosedur yang
tepat
|
1.
Ketrampilan melukis, musik, alogaritme program
komputer, dll.
2.
Teknik wawancara, metode ilmiah.
3.
Criteria
penggunaan hukum Newton, fisibilitas perkiraan biaya usaha, dll.
|
4.
Pengetahuan Metakognitif
4.1. Pengetahuan strategi
4.2.Pengetahuan tentang tugas-tugas
berfikir ( kontekstual dan kondisional)
4.3. Pengetahuan pribadi
|
1.
Pengetahuan tentang langkah penelitian, program
kerja.
2.
Pengetahuan tentang jenis metode, tes yang harus
digunakan guru, tugas-tugas yang harus dikerjakan.
3.
Pengetahuan tentang sikap,, minat, karakteristik
yang harus dikuasia untuk menjadi guru yang baik.
|
1.
Pengetahuan faktual yaitu mengetahui elemen dasar yang
harus diketahuai oleh pserta didik.
2.
Pengetahuan konseptual yaitu mengetahui hubungana
antara elemen sehingga memiliki fungsi.
3.
Pengetahuan prosedural yaitu mengetahui cara melakukan
sesuatu, algoritma, metode, teknik, dan criteria ketrampilan.
4.
Pengetahuan
metakognitif yaitu pengetahuan tentang kongnisi sendiri dan pengetahuan tentang
kapan menggunakan pengetahuan konseptual dan prosedural.
Tabel 2.1 : Tahapan
Kemampuan Ranah Kognitif
Tahapan Proses Kognitif
|
Kemampuan kompetensi kognitif
|
1. Mengingat
1.1. Mengenal kembali
1.2. Memunculkan kembali
|
1.1. Mengidentifikasi
1.2. Menyatakan kembali
|
2.
Memahami
2.1. Menginterpretasikan
2.2.Memberi contoh
2.3.Mnegklasifikasikan
2.4.Merangkumkan
2.5.Menyimpulkan
2.6.Membandingkan
2.7.Menjelaskan
|
2.1. Mengklasifikasikan, menceritakan,
menyajikan, menerjemahkan
2.2 .
Mengilustrasikan, memberi contoh
2.3.
Mengatagorikan, mengelompokan,
2.4.
Mengabstraksikan, menggelompokan
2.5.
Menyimpulkan, melengkapi, menyisipkan, memperkirakan
2.6.
Membandingkan, memetakan, menjodohkan
2.7.
Menyusun model
|
3.
Menerapkan
3.1. Menggunakan
3.2. Melaksanakan
|
3.1. Menggunakan prosedur pada hal
yang jelas
3.2.Menggunkan prosedur pada hal yang
belum jelas
|
4.
Melaksanakan
4.1. Membedakan
4.2. Menguraikan
4.3. Mengorganisasikan
|
4.1.
Mencari perbedaan, memisahkan, memilih, memusatkan,
4.2.
Membagi, merinci
4.3.
Menemukan koherensi, mengintregrasikan, menyusun
outline, memadukan, membuat struktur.
|
5.
Mengevaluasi
5.1. Mengecek
5.2. Memberi kritik
|
5.1.
Mendiktesi, memonitori, memeriksa, menguji, mengkoordinasi.
5.2.
Menditeksi ketidaksesuaian.
|
6.
Mengkreasi
6.1. Mengembangkan
6.2. Merencanakan
6.3. Membuat
|
6.1.
Merumuskan hipotesis, meningkatkan kegiatan dan menyusun program.
6.2. Merancang prosedur, menyusun rencana kerja
dan kegiatan.
6.3. Menciptakan suatu karya dan menghasilkan
produk.
|
Rincian
tabel taksonomi tersebut dapat digunakan
untuk acuan merumuskan kompetensi dan performasi bidang umum maupun akademik. Jadi
kemampuan ranah kognitif adalah proses berfikir yang menekankan dalam aspek menghafal, memahami, mengaplikasi
menganalisis mensintesis, mengevaluasi
C. Mata Pelajaran Aqidah
Akhlak
1.
Pengertian mata
pelajaran Aqidah Akhlak
Aqidah dalam bahasa
arab ditulis akidah atau dalam bahasa Indonesia ditulis akidah menurut terminologi berarti ikatan. Setelah berbentuk kata “aqidah” memiliki arti kepercayaan. Setelah berbentuk kata “aqidah”
memiliki arti kepercayaan. Menurut syara’ ialah iman yang kokoh terhadap segala
sesuatu yang disebut secara tegas dalam al-Qur’an dan Hadits.[14]
Kemudian, menurut
Rahmat Djatmika yang dikutip kembali oleh Mubasyaroh kata akhlak adalah jamak dari khuluq atau al-khulq yang berarti budi
pengerti, perangai, tingkah
laku atau
tabiat. Dalam kepustakaan akhlak
diartikan juga dengan sikap yang melahirkan perbuatan (perilaku, tingkahlaku)
mungkin baik mungkin buruk seperti yang disebut diatas.
Mata pelajaran Aqidah Akhlak
merupakan suatu mata pelajaran yang harus direalisasikan dalam bentuk tingkah
laku atau perbuatan yang harmonis pada siswa, sebab pelajaran Aqidah Akhlak
bukan hanya bersifat kognitif semata melainkan harus diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh sebab itu seorang guru dalam melaksanakan pengajaran Aqidah
Akhlak harus senantiasa memberi tauladan yang baik bagi siswa saat berada di
lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
Pada hakikatnya akhlak adalah kondisi dalam diri yang melahirkan tindakan-tindakan tanpa perlu
berfikir dan pertimbangan jiwa keadaan ini melahirkan tindakan-tindakan yang baik menurut akal dan
syari’ah, maka tindakan tersebut akhlak yang baik, dan jika melahirkan
tindakan-tindakan akhlak yang baik, dan jika melahirkan tindakan-tindakan yang
buruk, maka tindakan tersebut merupakan akhlak yang buruk.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa mata pelajaran aqidah
Akhlak adalah bagian dari rumpun dari mata pelajaran PAI(Pendidikan Agama
Islam) yang memberikan pendidikan, memegang teguh aqidah islam, memahami ajaran
agama islam, dan mengamalkan isikandungannya sebagai petunjuk hidup dalam
kehidupan sehari-hari denganmenekankan pada keimanan dan penanaman akhlak
terpuji, serta menghindariakhlak tercela.
2. Ruang lingkup Mata
Pelajaran
Aqidah Akhlak
Pelajaran
Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah yang bertujaun meningkatkan
pemahaman, keyakinan dan pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari. Serta
membiasakan akhlak terpuji dan menghindari akhlak.
Adapun ruang lingkup
aqidah akhlak meliputi:
a. Aspek
akidah terdiri atas dasar dan tujuan akidah Islam, sifat-sifat Allah, Al-Asma
al-Husna, iman kepada Allah, kitab-kitab Allah, rasul-rasul Allah, Hari Akhir
serta Qadha Qadar
b. Aspek
Akhlak terpuji yang terdiri atas bertauhid, ikhlas, taat, khauf, taubat,
tawakkal, ikhtiyar, sabar, syukur, qana’ah, tawadlu’, husnudz dzon, tasamuh dan
ta’awun berilmu, kreatif, produktif dan pergaulan remaja.
c. Aspek
Akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya, nifaq, ananiah, putus asa, ghadhab,
tamak, takabbur, hasad, dendam, ghibah, fitnah dan namimah.
3.
Tujuan
Mata pelajaran Aqidah Akhlak
Tujuan mata pelajaran
aqidah akhlak merupakan suatu hasil yang ingin dicapai setelah melaksanakan
sebuah pembelajaran. Sehingga diharapkan setelah mendapat pelajaran akan
menghasilkan perubahan pada peserta didik itu sendiri.
Adapu
tujuan Mata pelajaran Akidah-Akhlak untuk:
a.
Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta
didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT;
b.
Mewujudkan
manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam
kehidupan sehari-hari baik dalam
kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan
nilai-nilai akidah Islam.
Jadi jelas, bahwa
pembelajaran akidah akhlak adalah sebagai sarana yang akan mewarnai sikap dan
perilaku, di mana anak dalam mengenal lingkungan masyarakat dan dengan adanya
pembelajaran Akidah akhlak diharapkan siswa dalam berkomunikasi dengan
lingkungannya dapat berkomunikasi dengan baik tanpa melanggar tata krama dalam hidup
bermasyarakat. Oleh karena itu baik buruknya sebuah tingkah laku dan
keberhasilan sebuah tingkah laku tergantung pendidikan akhlak dan kemampuan
beradaptasi pada anak. Karena pendidikan akhlak dan kemampuan berlaku sopan
berpengaruh pada tingkah laku anak dan keberhasilan anak dalam bertingkah laku.
D. Hasil Penelitian Terdahulu
1. Listiyani dewi Puspasari, Tahun 2012
“Implementasi Model
Pembelajaran
Indukif-Deduktuf Untuk Meningkatkan Kemampuan PenalaranAnalogi Matematika Anak
Tunagrahita SMPLB I SLB Sumbersari Bandng”.
Menyimpulkan bahwa model pembelajaran induktif – deduktif mampu meningkatkan
kemampuan penalaran analogi matematika bagi anak tunagrahit.
Skripsi tersebut
menunjukan persamaan dalam penggunaan pembelajaran induktif, perbedaan terletak
pada hasil belajar dan penerapan pada mata pelajarannya.
2.
Sulistiyani, Tahun
2010, “Pendekatan Induktif dalam Pembelajaran Kimia Beracuan Konstruktivisme
untuk Membentuk Pemikiran Kritis, Kreatif, dan Berkarakter “, skripsi, ( FMIPA, kimia, Universitas Negeri Yogyakart ). Berkesimpulan
bahwa
a. Pendekatan induktif beracuan konstruktivisme
berpotensi mengembangkan daya nalar, kemampuan siswa berpikir logis, kritis,
dan kreatif secara optimal.
b. Selain mengoptimalkan aspek kognitif,
pendekatan induktif beracuan konstruktivisme juga berpotensi sebagai pendidikan
karakter. Karakter positif yang dapat dikembangkan
di antaranya jujur, berbudi pekerti luhur, serta mempunyai kesadaran tinggi akan
eksistensi Tuhan YME dalam kehidupan.
Persamaan
dalam skripsi ini yaitu dalam penggunaan pembelajarn induktif. Perbedaannya
terletak pada penerapan mata pelajaran dan
hasil belajar. Namun dalam
kesimpulan diungkapan lebih dari satu hasil belajrnya dan ada satu kesamaan
dengan skripsi penulis yaitu aspek kognitif.
3. Wairun, Tahun 1997 yaitu tentang “Efektivitas Model Pembelajaran Induktif Dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa”(Universitas Negeri Yogyakart ).Wairun
menyimpulkan bahwa:
a. Penguasaan
konsep fisika pada siswa yang belajar dengan modelpembelajaran induktif lebih
baik dari siswa yang belajar dengan modelpembelajaran biasa.
b. Peningkatan
motivasi pada siswa yang belajardengan model pembelajaran induktif, lebih baik
dari siswa yang belajardengan model pembelajaran biasa, dan peningkatan sikap
siswa terhadap pembelajaran fisika pada siswa yang belajar dengan metode pembelajaran
induktif lebih baik dari siswa yang belajar dengan metode pembelajaran biasa.
Persamaan
dalam skripsi ini sama halnya dengan diatas yaitu persamaan terletak pada penggunaan
pembelajaran induktif dan perbedaan terletak pada hasil belajar dan penerpan
mata pelajaran.
Berdasarkan
ketiga skripsi tersebut menunjukan adanya persamaan dan perbedaan. Sehingga
penulis tertarik untuk meneliti dan memperkuat teori yang ada.
E. Kerangka
Berfikir
Mata
pelajaran Aqidah akhlak adalah mata pelajaran yang berhubungan dengan
keyakinan, sikap dan perilaku dan disamping itu pencampaian materi juga penting.
Oleh sebab itu metode pembelajaran induktif merupakan salah satu solusi yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan kognitif. Dengan menggunakan metode
pebelajaran induktif yaitu berawal dengan guru memberikan penjelasan
contoh kasus kemudian para siwa meneliti kasus tersebut dilingkungan masing-masing
siswa. Misalkan akhlak terpuji salah satunya yaitu jujur. Pasti semua siswa akan
mempunyai pendapat yang berbeda-beda tentang orang jujur. Setelah mencari dan menemukan
orang jujur ditempatnya masing-masing. Setalah itu dihubungkan dengan teori.
Selanjutnya siswa mempresentasikan hasil yang ditemukan satu persatu. Dari
proses itulah siswa terjun langsung, melihat dan menganlisis dan memberi
kesimpulan masing-masing akan lebih mempermudah dalam menemukan apa yang
dicari, disitu membuktikan bahwa metode pembelajaran induktif mampu
meningkatkan kemampuan ranah kognitif siswa.
Gambar
2.1
Skema
Kerangka Berfikir Penulis
|
|
Mata
Pelajaran AqidahAkhlak
ü Keyakinan, sikap dan perilaku
ü Pencapaian
pengetahuan
|
|
Dilaksanakan
menggunakan
|
|
|
|
|
Metode Pembelajaran Induktif
|
|
|
|
|
|
Meningkatkan ranah kognitif
Aspek
yang dicapai
Kemampuan
1. Menghafal,
2. Memahami,
3. Mengaplikasi
4.Menganalisis
5.Mensintesis,
6.Mengevaluasi
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar