4 Okt 2015

Metode pembelajaran Induktif



                                                            BAB II      
KAJIAN PUSTAKA

A.    Metode Pembelajaran Induktif
1.      Pengertian Metode Pembelajaran Induktif.
           Metode berarti cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai deng yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentuk.[1]Secara umum istilah  metode digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatannya agar tujuan yang telah disusun tercapai optimal. Menurut J.R David yang dikutip kembali oleh Abdul Majid metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran karena suatu strategi pembelajarannya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.[2]
           Pembelajaran sendiri adalah upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Atas dasar pemikiran tersebut, maka yang dimaksud dengan “metode belajar mengajar” adalah  kerangka konseptual dan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.[3]
           Dengan kata lain metode pembelajaran adalah  cara yang dilakukan pendidik untuk membimbing peserta didik dalam proses pelajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan peserta didik selama belajar. Induktif menurut KBBI yaitu pemikiran yang bertolak dari kaidah (hal-hal atau peristiwa) khusus untuk menentukan hukum (kaidah) yang umum.[4] Pembelajaran indutif sendiri berarti penalaran yang  bermulai dari khasus (pengamatan, ukuran, data) ke umum (aturan, hokum, teori-teori).[5]
            Menurut Muhaimin metode pembelajaran induktif yaitu pembelajaran nilai yang dimulai dari kasus-kasus dalam kehidupan sehari-hari, kemudian ditarik makananya secara hakiki tentang nilai-nilai kebenaran yang berada dalam masyarakat.[6] Sedangkan menurut Martinis Yamin metode pembelajaran induktif sendiri dimulai dengan pemberian berbagai kasus, fakta, contoh atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip. Kemudian siswa dibimbing untuk berusaha keras mensintesiskan atau menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut.[7] Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa metode pembelajaran Induktif merupakan strategi mengajar yang dikembangkangkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengelola informasi dengan  menarik kesimpulan dari hal-hal yang khusus untuk menuju kesimpulan yang bersifat umum.
2.      Tahap-tahap Pembelajaran Metode Induktif
           Menurut Eggen dan Kauchak yang dikutip kembali oleh Ridwan Abdullah Sani. Penyajian dalam pembelajaran induktif terbagi atas lima tahap.[8] Sebenarnya dalam pelaksanaan pembelajaran induktif sangat bervariasi, namun pada dasarnya menggunakan kelima fase dibawah ini yaitu:

a.          Fase pengenalan pelalajaran;
Fase pengenalan pelajaran dilakukan oleh guru dengan memberika contoh, demostrasi atau hal lainnya yang perlu diobservasi oleh peserta didik untuk melihat pola yang ada.
b.         Fase open-ended (divergen);
Dilakukan dengan menfasilitasi peserta didik utuk mengkonstruksi pemahaman fenomena yang disajikan. Guru mengajukan pertanyaan yang besifat terbuka (divergen).
c.          Fase konvergen;
Ditandaidengan observasi, deskripsi, dan perbandingan dari semua jawaban yang  dikembangkan pada fase divergen. Guru perlu mengarahkan peseta didik untuk merumuskan konsep atau hubunganan tarkonsep yang berkait dengan fenomena yang dipelajarai.
d.         Fase penutup;
Guru mengarahkan peserta didik mengarahkan untuk mengidentifikasi konsep atau menyatakan prinsip, generalisasi, danhukum/aturan.
e.          Fase aplikasi.
Fase akhir yang umumnya dilakukan dengan menerapkan konsep pada suatu permasalahan, baik dengan latihan dikelas atau melakukan tugas dirumah.
3.      Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Induktif
Adapun kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran induktif dibandingkan dengan pendekatan lain adalah :
a.     Kelebihan dari pembelajaran induktif antara lain :
1.      Memberikan kesempatan pada siswa untuk berusaha sendiri atau menemukan sendiri suatu konsep sehingga akan diingat dengan lebih baik.
2.      peserta didik memahami sifat atau rumus melalui serangkaian contoh. Kalau terjadi keraguan mengenai pengertian dapat segera diatasi sejak masih awal.
3.      Dapat meningkatkan semangat belajar siswa.
b.  Kelemahan dari induktif antara lain :
1.      Memerlukan banyak waktu.
2.      Kadang-kadang hanya sebagian siswa yang terlibat secara aktif.
3.      Sifat dan rumus yang diperoleh masih memerlukan latihan atau aplikasi untuk memahaminya.
4.      Secara matematik (formal) sifat atau rumus yang diperoleh dengan pendekatan induktif masih belum menjamin berlaku umum[9]
B.     Kemampuan Ranah Kognitif
1.      Pengertian Ranah Kognitif
           Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom yang dikutip kembali oleh Hamzah B,Uno dalam bukunya yang berjudul “Perencanan Pembelajaran”, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.  Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi.[10]
           Enam aspek atau jenjang proses berfikir tersebut dapat digunakan untuk  mengetahui seberapa dalam atau tingkat kemampuan siswa dalam ranah kognitif. Sehingga dapat mempermudah guru dalam menilai kognisi siswa. Dibawah ini akan dijelaskan aspek penilaian pada ranah kognitif.

2.       Aspek Penilaian Ranah Kognitif
Aspek penilaian kognitif terdiri dari enam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah[11]
a.       Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
           Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah. Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah siswa dapat menyebutkan tentang akhlak tercela dan terpuji dengan baik dan benar
b.      Pemahaman (comprehension)
           Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.  Seseorang siswa dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya: siswa dapat menjelaskan dengan kata-katanya sendiri tentang akhlak terpuji dan tercela secara baik dan benar.
c.       Penerapan (application)
           Penerapan adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman. Siswa dapat memberikan contoh akhlak terpuji dan tercela secara baik dan benar di kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

d.      Analisis (analysis)
           Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
Contoh: siswa dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari akhlak terpuji dan tercela secara baik dan benar dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.
e.       Sintesis (syntesis)
           Sintesis adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: siswa dapat menulis karangan akhlak terpuji dan tercela secara baik dan benar sebagiamana telah diajarkan oleh agama islam.
f.       Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
           Penilaian adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada. Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah siswa  mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang berlaku akhlak terpuji maupun tercela dan dapat menunjukkan mudharat atau akibat-akibat negatif sehingga pada akhirnya sampai pada kesimpulan penilaian.
           Enam tingkat peneilaian itu untuk mempermudah guru dalam memberi katagori siswa dan menilai seberapa tingkat kemampuan ranah kognisi siswa. Mulai dari yang terendah sampai yang tinggi.
3.       Rincian Ranah Kognitif
           Rincian domain kognitif lebih lengkap, yaitu meliputi lingkup hasil belajar dapat dilihat di tabel 2.1 dan tahapan berfikir pada tabel 2.2. Adapun lingkup hasil belajar dan tahapan kemampuan ranah kognitif menurut Adroson dan Krathwohl yang dikutip kembali oleh tim pengembangan ilmu pendidikan FIP-UPI adalah sebagai berikut:[12]
Tabel 2.2 : Lingkup Hasil Belajar
Lingkup Pengetahuan
Contoh
1.    Pengetahuan faktual:
1.1.  Istilah

1.2.  Rincian dan unsur

1.   Istilah ilmu, lambing bilangan, simbol, musik, matematka, kimia
2.   Rincian tempat, waktu, peristiwa, sumber informasi, dll.
2.   Pengetahuan konseptual
2.1. Klasifikasi dan katagori

2.2. Prinsip dan generalisasi
2.3. Teori, model, dan struktur

1.   Periode sejarah, geo;ogi, bentuk udara, dll.
2.   Dalil, hukum, prinsip, dll.
3.   Teori evolusi, model pemebelajaran, struktur DPR/MPR, dll.
3.   Pengetahuan procedural
3.1. Ketrampilan dan alogaritme
3.2. Teknik dan metode khusus dalam suatu ilmu.
3.3. Criteria penggunaan prosedur yang tepat

1.   Ketrampilan melukis, musik, alogaritme program komputer, dll.
2.   Teknik wawancara, metode ilmiah.
3.    Criteria penggunaan hukum Newton, fisibilitas perkiraan biaya usaha, dll.
4.   Pengetahuan Metakognitif
4.1. Pengetahuan strategi
4.2.Pengetahuan tentang tugas-tugas berfikir ( kontekstual dan kondisional)
4.3. Pengetahuan pribadi

1.   Pengetahuan tentang langkah penelitian, program kerja.
2.   Pengetahuan tentang jenis metode, tes yang harus digunakan guru, tugas-tugas yang harus dikerjakan.
3.   Pengetahuan tentang sikap,, minat, karakteristik yang harus dikuasia untuk menjadi guru yang baik.

Keterangan :[13]
1.      Pengetahuan faktual yaitu mengetahui elemen dasar yang harus diketahuai oleh pserta didik.
2.      Pengetahuan konseptual yaitu mengetahui hubungana antara elemen sehingga memiliki fungsi.
3.      Pengetahuan prosedural yaitu mengetahui cara melakukan sesuatu, algoritma, metode, teknik, dan criteria ketrampilan.
4.       Pengetahuan metakognitif yaitu pengetahuan tentang kongnisi sendiri dan pengetahuan tentang kapan menggunakan pengetahuan konseptual dan prosedural.
Tabel 2.1 : Tahapan Kemampuan Ranah Kognitif
Tahapan Proses Kognitif
Kemampuan kompetensi kognitif
1.  Mengingat
 1.1. Mengenal kembali
 1.2. Memunculkan kembali

1.1. Mengidentifikasi
1.2. Menyatakan kembali
2.      Memahami
2.1. Menginterpretasikan
2.2.Memberi contoh
2.3.Mnegklasifikasikan
2.4.Merangkumkan
2.5.Menyimpulkan
2.6.Membandingkan
2.7.Menjelaskan

2.1.  Mengklasifikasikan, menceritakan, menyajikan, menerjemahkan
2.2 . Mengilustrasikan, memberi contoh
2.3. Mengatagorikan, mengelompokan,
2.4. Mengabstraksikan, menggelompokan
2.5. Menyimpulkan, melengkapi, menyisipkan, memperkirakan
2.6. Membandingkan, memetakan, menjodohkan
2.7. Menyusun model
3.      Menerapkan
3.1. Menggunakan
3.2. Melaksanakan

3.1. Menggunakan prosedur pada hal yang jelas
3.2.Menggunkan prosedur pada hal yang belum jelas
4.      Melaksanakan
4.1. Membedakan
4.2. Menguraikan
4.3. Mengorganisasikan

4.1.   Mencari perbedaan, memisahkan, memilih, memusatkan,
4.2.    Membagi,  merinci
4.3.   Menemukan koherensi, mengintregrasikan, menyusun outline, memadukan, membuat struktur.
5.      Mengevaluasi
5.1. Mengecek
5.2. Memberi kritik

5.1. Mendiktesi, memonitori, memeriksa, menguji, mengkoordinasi.
5.2. Menditeksi ketidaksesuaian.
6.      Mengkreasi
6.1. Mengembangkan
6.2. Merencanakan
6.3. Membuat

6.1. Merumuskan hipotesis, meningkatkan kegiatan dan menyusun program.
6.2.  Merancang prosedur, menyusun rencana kerja dan kegiatan.
6.3.  Menciptakan suatu karya dan menghasilkan produk.
               Rincian tabel taksonomi  tersebut dapat digunakan untuk acuan merumuskan kompetensi dan performasi bidang umum maupun akademik. Jadi kemampuan ranah kognitif adalah proses berfikir yang menekankan dalam aspek menghafal, memahami, mengaplikasi menganalisis mensintesis, mengevaluasi

C.    Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
1.       Pengertian mata pelajaran Aqidah Akhlak
              Aqidah dalam bahasa arab ditulis akidah atau dalam bahasa Indonesia ditulis akidah  menurut terminologi berarti ikatan.  Setelah berbentuk kata “aqidah” memiliki arti kepercayaan. Setelah berbentuk kata “aqidah” memiliki arti kepercayaan. Menurut syara’ ialah iman yang kokoh terhadap segala sesuatu yang disebut secara tegas dalam al-Qur’an dan Hadits.[14]
              Kemudian, menurut Rahmat Djatmika yang dikutip kembali oleh Mubasyaroh kata akhlak adalah jamak dari khuluq atau al-khulq yang berarti budi pengerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Dalam kepustakaan akhlak diartikan juga dengan sikap yang melahirkan perbuatan (perilaku, tingkahlaku) mungkin baik mungkin buruk seperti yang disebut diatas.[15]
              Mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan suatu mata pelajaran yang harus direalisasikan dalam bentuk tingkah laku atau perbuatan yang harmonis pada siswa, sebab pelajaran Aqidah Akhlak bukan hanya bersifat kognitif semata melainkan harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu seorang guru dalam melaksanakan pengajaran Aqidah Akhlak harus senantiasa memberi tauladan yang baik bagi siswa saat berada di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
              Pada hakikatnya akhlak adalah kondisi dalam diri yang melahirkan tindakan-tindakan tanpa perlu berfikir dan pertimbangan jiwa keadaan ini melahirkan tindakan-tindakan yang baik menurut akal dan syari’ah, maka tindakan tersebut akhlak yang baik, dan jika melahirkan tindakan-tindakan akhlak yang baik, dan jika melahirkan tindakan-tindakan yang buruk, maka tindakan tersebut merupakan akhlak yang buruk.[16] Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa mata pelajaran aqidah Akhlak adalah bagian dari rumpun dari mata pelajaran PAI(Pendidikan Agama Islam) yang memberikan pendidikan, memegang teguh aqidah islam, memahami ajaran agama islam, dan mengamalkan isikandungannya sebagai petunjuk hidup dalam kehidupan sehari-hari denganmenekankan pada keimanan dan penanaman akhlak terpuji, serta menghindariakhlak tercela.
2.      Ruang lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah yang bertujaun meningkatkan pemahaman, keyakinan dan pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari. Serta membiasakan akhlak terpuji dan menghindari akhlak.

Adapun ruang lingkup aqidah akhlak meliputi:[17]
a.       Aspek akidah terdiri atas dasar dan tujuan akidah Islam, sifat-sifat Allah, Al-Asma al-Husna, iman kepada Allah, kitab-kitab Allah, rasul-rasul Allah, Hari Akhir serta Qadha Qadar
b.      Aspek Akhlak terpuji yang terdiri atas bertauhid, ikhlas, taat, khauf, taubat, tawakkal, ikhtiyar, sabar, syukur, qana’ah, tawadlu’, husnudz dzon, tasamuh dan ta’awun berilmu, kreatif, produktif dan pergaulan remaja.
c.       Aspek Akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya, nifaq, ananiah, putus asa, ghadhab, tamak, takabbur, hasad, dendam, ghibah, fitnah dan namimah.
3.      Tujuan Mata pelajaran Aqidah Akhlak
Tujuan mata pelajaran aqidah akhlak merupakan suatu hasil yang ingin dicapai setelah melaksanakan sebuah pembelajaran. Sehingga diharapkan setelah mendapat pelajaran akan menghasilkan perubahan pada peserta didik itu sendiri.
            Adapu tujuan Mata pelajaran Akidah-Akhlak untuk:[18]
a.    Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT;
b.   Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari  baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.
Jadi jelas, bahwa pembelajaran akidah akhlak adalah sebagai sarana yang akan mewarnai sikap dan perilaku, di mana anak dalam mengenal lingkungan masyarakat dan dengan adanya pembelajaran Akidah akhlak diharapkan siswa dalam berkomunikasi dengan lingkungannya dapat berkomunikasi dengan baik tanpa melanggar tata krama dalam hidup bermasyarakat. Oleh karena itu baik buruknya sebuah tingkah laku dan keberhasilan sebuah tingkah laku tergantung pendidikan akhlak dan kemampuan beradaptasi pada anak. Karena pendidikan akhlak dan kemampuan berlaku sopan berpengaruh pada tingkah laku anak dan keberhasilan anak dalam bertingkah laku.
D.    Hasil Penelitian Terdahulu
1.      Listiyani dewi Puspasari, Tahun 2012Implementasi Model Pembelajaran Indukif-Deduktuf Untuk Meningkatkan Kemampuan PenalaranAnalogi Matematika Anak Tunagrahita SMPLB I SLB Sumbersari Bandng”. Menyimpulkan bahwa model pembelajaran induktif – deduktif mampu meningkatkan kemampuan penalaran analogi matematika bagi anak tunagrahit.
Skripsi tersebut menunjukan persamaan dalam penggunaan pembelajaran induktif, perbedaan terletak pada hasil belajar dan penerapan pada mata pelajarannya.
2.      Sulistiyani, Tahun 2010, “Pendekatan Induktif dalam Pembelajaran Kimia Beracuan Konstruktivisme untuk Membentuk Pemikiran Kritis, Kreatif, dan Berkarakter “, skripsi, (  FMIPA, kimia, Universitas Negeri Yogyakart ). Berkesimpulan bahwa
a.       Pendekatan induktif beracuan konstruktivisme berpotensi mengembangkan daya nalar, kemampuan siswa berpikir logis, kritis, dan kreatif secara optimal.
b.      Selain mengoptimalkan aspek kognitif, pendekatan induktif beracuan konstruktivisme juga berpotensi sebagai pendidikan  karakter. Karakter positif yang dapat dikembangkan di antaranya jujur, berbudi pekerti luhur, serta mempunyai kesadaran tinggi akan eksistensi Tuhan YME dalam kehidupan.
           Persamaan dalam skripsi ini yaitu dalam penggunaan pembelajarn induktif. Perbedaannya terletak pada penerapan mata pelajaran dan  hasil belajar.  Namun dalam kesimpulan diungkapan lebih dari satu hasil belajrnya dan ada satu kesamaan dengan skripsi penulis yaitu aspek kognitif.
3.      Wairun, Tahun 1997  yaitu tentang “Efektivitas Model Pembelajaran Induktif Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa”(Universitas Negeri Yogyakart )[19].Wairun menyimpulkan bahwa:
a.       Penguasaan konsep fisika pada siswa yang belajar dengan modelpembelajaran induktif lebih baik dari siswa yang belajar dengan modelpembelajaran biasa.
b.      Peningkatan motivasi pada siswa yang belajardengan model pembelajaran induktif, lebih baik dari siswa yang belajardengan model pembelajaran biasa, dan peningkatan sikap siswa terhadap pembelajaran fisika pada siswa yang belajar dengan metode pembelajaran induktif lebih baik dari siswa yang belajar dengan metode pembelajaran biasa.
Persamaan dalam skripsi ini sama halnya dengan diatas yaitu persamaan terletak pada penggunaan pembelajaran induktif dan perbedaan terletak pada hasil belajar dan penerpan mata pelajaran.
        Berdasarkan ketiga skripsi tersebut menunjukan adanya persamaan dan perbedaan. Sehingga penulis tertarik untuk meneliti dan memperkuat teori yang ada.
E.     Kerangka Berfikir
Mata pelajaran Aqidah akhlak adalah mata pelajaran yang berhubungan dengan keyakinan, sikap dan perilaku dan disamping itu pencampaian materi juga penting. Oleh sebab itu metode pembelajaran induktif merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan kognitif. Dengan menggunakan metode pebelajaran induktif yaitu berawal dengan guru memberikan penjelasan contoh kasus kemudian para siwa meneliti kasus tersebut dilingkungan masing-masing siswa. Misalkan akhlak terpuji salah satunya yaitu jujur. Pasti semua siswa akan mempunyai pendapat yang berbeda-beda tentang orang jujur. Setelah mencari dan menemukan orang jujur ditempatnya masing-masing. Setalah itu dihubungkan dengan teori. Selanjutnya siswa mempresentasikan hasil yang ditemukan satu persatu. Dari proses itulah siswa terjun langsung, melihat dan menganlisis dan memberi kesimpulan masing-masing akan lebih mempermudah dalam menemukan apa yang dicari, disitu membuktikan bahwa metode pembelajaran induktif mampu meningkatkan kemampuan ranah kognitif siswa.
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berfikir Penulis[20]


Mata Pelajaran AqidahAkhlak
ü Keyakinan, sikap dan perilaku
ü Pencapaian pengetahuan

 
 





 
Dilaksanakan menggunakan  





Metode Pembelajaran Induktif

 



 


           
Meningkatkan ranah kognitif





Kemampuan berfikir

 



 



Aspek yang dicapai
Kemampuan
1. Menghafal,
2. Memahami,
3. Mengaplikasi
4.Menganalisis
5.Mensintesis,
6.Mengevaluasi
 
 

                       




                [1]Kemendikbud.KamusBesarBahasa Indonesia, Edisi 2,BalaiPustaka, Jakarta, 1989, hlm. 652
[2]Abdul Majid, StrategiPembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013,hlm. 193
[3]Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005 hlm. 127
                [4] Kemendikbud.Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 2, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hlm.377
                [5] Dina indriana, Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif, Jogjakarta, Divapress, 2011, hlm. 165
                [6] Muhaimin, Arah pengembangan pendidikanislam, Nuasa, 2003, hlm. 106
                [7]Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Gaung Persada Press, 2003, hlm. 78
                [8] Ridhwan Abdullah Sani, InovasiPembelajaran, Bumi Aksara,2013, hlm. 109
                [9] Martinis Yamin, Op. Cit, hlm. 79
                [10] Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, PT BumiAksara, Jakarta, 2008, hlm. 37
                [11] Ibid, hlm. 36-37
                [12] FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian II: Ilmu Pendidikan Praktis, PT.
Imperial Bhakti Utama, Bandung, 2007, hlm. 117-118
                [13]Ridwan Abdul Sani, Op.Cit, hlm. 55-56
[14] Mubasyaroh, Materi dan Pembelajaran Aqidah Akhlaq, STAIN Kudus, Kudus, 2008, hlm. 2-3

[15] Ibid. hlm. 24
[16] Imam Abdul Mukmin Sa’addudin, Meneladani Akhlak Nabi Membangun Kepribadian Muslim, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hlm. 18
                [17] Standar Kompetensi Kurikulum 2006, Departemen Agama RI, Jakarta, 2006, hlm. 183 
                [18] Ibid, hlm. 182

[20] Dibuat penulis berdasarkan ringkasan dari penjelasankerangka berfikir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar